Berlatar belakang kondisi tersebut, konsep co-living atau konsep rumah tinggal sudah mulai marak dikembangkan sebagai solusi untuk kaum milenial. Konsep ini cocok untuk kaum milenial yang sedang memerlukan hunian karena harganya yang lebih terjangkau. Apalagi co-living dapat diterapkan di hunian seperti rumah atau apartemen yang ditempati bukan oleh satu keluarga, melainkan oleh beberapa penghuni yang masing-masing menempati satu kamar.
Konsep co-living menawarkan solusi kebutuhan tempat tinggal yang menyesuaikan dengan gaya hidup kaum milenial. Selain itu, konsep ini juga dapat menjadi hunian bagi komunitas yang dapat membentuk interaksi antar sesama penghuni, sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab antara sesama penghuni dan lingkungannya.
Lalu, apakah tren co-living ini akan semakin berkembang kedepannya, menurut penelitian oleh Urban Institutes Housing Finance Policy Center, hanya 1 dari 3 milenial di bawah usia 25 yang memiliki rumah pada akhir tahun 2018. Angka ini 8-9% lebih rendah dari generasi sebelumnya yang sudah memiliki rumah dibawah usia 25 tahun. Hunian konvensional membutuhkan adaptasi ini karena target pasar yang mengalami perubahan drastis, baik dari gaya hidup maupun kebiasaan. Co-living telah menjadi lebih dari sekedar konsep hunian, tetapi telah menjadi solusi bagi generasi muda yang selalu dinamis. Jadi, apakah konsep co-living adalah hunian yang tepat untukmu?