Kebudayaan adalah hal yang sangat berharga dan perlu untuk dilestarikan. Sama halnya dengan rumah tradisional yang merupakan cerminan dari kehidupan dan budaya masyarakat Indonesia sejak dahulu. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, keberadaannya mulai luput dari pandangan masyarakat, bahkan terlupakan begitu saja. Namun masih terdapat segelintir masyarakat yang berusaha untuk melestarikan rumah adat dan budayanya, salah satunya adalah Yori Antar sang “Pendekar Arsitek Nusantara” dan penghuni Mbaru Niang, Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. “Rumah adalah bagian dari kita.” Begitulah kata masyarakat di Desa Wae Rebo, sebuah desa kecil yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, NTT. Meskipun kecil, kebersamaan dapat dirasakan di lingkungan desa ini karena kebudayaannya yang masih sangat kental, hal ini bisa dilihat dari beberapa keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan melakukan kehidupan sehari-harinya secara berdampingan. Salah satu contoh kebudayan lokal di daerah ini adalah tujuh rumah utama Mbaru Niang, yang merupakan simbol penting dari Wae Rebo. Setiap rumah melambangkan satu dari tujuh arah mata angin yang mengarah ke gunung-gunung disekitar desa. Walaupun kondisinya sudah mulai rusak, masyarakat masih berusaha untuk menjaga simbol desa ini agar tetap hidup. Tahun 2008 silam, Yori Antar bersama dengan tim Rumah Asuh datang ke Wae Rebo untuk membantu merevitalisasi beberapa rumah adat yang rusak. Hal ini dilakukannya lantaran Ia ingin menjaga dan melestarikan kebudayaan, khususnya arsitektur vernakuler yang ada di Nusantara, suatu bangunan lokal yang sepenuhnya berasal dari daerah setempat. Ia membantu masyarakat dalam pengumpulan dana restorasi tiga rumah yang hampir hancur, sementara warga desa melaksanakan pembangunan secara gotong royong. Mulai dari proses pencarian material bangunan seperti kayu dan ijuk, hingga prosesi upacara yang wajib dilakukan sebelum memulai pembangunan, hingga siap ditinggali. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat penting dilakukan agar budaya dan kebersamaan antar masyarakat yang diturunkan sejak dulu tetap terjaga. Kini Desa Wae Rebo telah menjadi lokasi turis lokal hingga mancanegara, banyak masyarakat dari luar NTT yang tertarik untuk berkunjung dan belajar mengenai desa kecil di nusantara ini. Desa yang dulunya jarang mendapat kunjungan masyarakat, sekarang telah memiliki lokasi homestay bagi para pendatang. Kita sebagai generasi penerus seharusnya terus menjaga dan memelihara apa yang telah diserahkan oleh kakek dan nenek kita, karena kebudayaan yang ada di nusantara, terutama arsitekturnya tidak dapat melangkah dengan sendirinya tanpa bantuan tangan kita.
Comments
|
SKETSA'S
|