Sumber : http://static.dezeen.com/
Sumber : http://static.deezen.com/
Suasana Jembatan pada Sore Hari. Sumber : http://static.dezeen.com/ Dalam rangka penyambutan Olimpiade tahun 2022, Tiongkok menampilkan wajahnya dengan karya arsitektur baru. Kali ini, biro arsitek Penda diberi kesempatan untuk mendesain San Shan Bridge sebagai sebuah karya untuk menyambut Olimpiade Musim Dingin 2022. San Shan Bridge merupakan sebuah jembatan yang dibangun diatas sungai Gui, sungai yang membelah ibukota Beijing dan kota Zhangjiakou di Provinsi Hebei. Kota Zhangjiakou sendiri merupakan salah satu tempat diadakannya acara Olimpiade 2022. Jembatan sepanjang 452 meter ini menjadi area buffer antara kota Beijing yang sibuk dan lembah-lembah di sisi sungai yang cenderung lebih tenang. Area rekreasi untuk wisatawan, mulai terlihat tumbuh di sekitar jembatan ini selama beberapa tahun terakhir. Hal ini dipandang menjadi sebuah tren yang diperkirakan meningkat hanya pada saat munculnya event-event penting, seperti olimpiade mendatang. Rencananya,area ini akan dikembangkan menjadi pusat wisata. Oleh karena itu, jembatan ini menjadi sebuah area vital yang menghubungkan langsung wisatawan dari Zhangjiakou menuju pusat kota Beijing Terinspirasi dari simbol cincin olimpiade, San Shan Bridge dibuat melengkung seakan-akan terjadi gerakan meliuk, melambangkan cincin yang saling berhubungan layaknya kompetisi olimpiade antar benua. Bentuk cincin menjadi sorotan utama jembatan, mengiringi fokus pengunjung seakan-akan memasuki cincin raksasa menandai perjalanan ke olimpiade. Dari samping, San Shan Bridge terlihat seperti tiga gunung yang berdampingan. Hal inilah yang menjadi dasar penamaan jembatan ini. San (三) yang artinya tiga dan shan (山) yang artinya gunung. Memperlihatkan bentuknya yang seperti gunung dan lembah, jembatan menyelaraskan diri agar harmonis secara visual dengan keadaan di sekitarnya. San Shan Bridge dari Samping Terlihat seperti 3 (tiga) Gunung dan Lembah.
Sumber : http://static.deezen.com/
Comments
Seringkali permukiman kumuh dianggap sebagai daerah yang merusak pemandangan, sudah seharusnya digusur. Orang-orang seperti ini tidak memikirkan nasib penghuni permukiman kumuh tersebut yang tidak akan punya tempat tinggal lagi. Hal ini menjadi pendorong Olalekan Jeyifous seorang arsitek asal Nigeria untuk menciptakan “Shanty-town towers” di Lagos, Nigeria, untuk mengangkat kehidupan masyarakat miskin di sebuah daerah permukiman kumuh kota tersebut. Judul proyek ini adalah “Shanty Megastructures”, sebuah desain yang mengubah permukiman kumuh menjadi menara-menara pencakar langit sebagai pusat kegiatan industri dan komersial. “Shanty Town” sendiri adalah sebuah julukan yang sering diberikan untuk pembangunan permukiman kumuh di pinggiran kota. Daerah-daerah seperti ini seringkali tidak mendapatkan akses infrastruktur mendasar, termasuk air minum bersih, listrik, dan pembuangan limbah. Bahkan, sebagian area dari “Shanty Town” telah dihancurkan pemerintah untuk membuat ruang bagi perkembangan sektor swasta. Inilah alasan lain dari Jeyifous sang arsitek untuk membangun proyek ini. Arsitek Nigeria yang kini tinggal di New York ini ingin menarik perhatian masyarakat miskin dengan memindahkan permukiman kumuh mereka ke pusat kota. Jika biasanya pusat kota dipenuhi bangunan-bangunan pencakar langit yang mewah dan ditempati oleh masyarakat kelas atas, kali ini pusat kota akan dipenuhi permukiman vertikal yang ditempati oleh masyarakat kelas bawah. Bahan bangunan penutup yang digunakan pun sangat sederhana, hanya berupa lembaran logam, plastik, dan kain perca, yang tetap menonjolkan kesan “kumuh”. Struktur bangunan satu dengan yang lainnya saling dihubungkan dengan tempat pejalan kaki yang melingkar dan berbentuk seperti rollercoaster. Keseluruhan struktur ini dibangun di atas sebuah jalan buntu yang ditanami dengan tanaman hijau. Pada bagian bawahnya terdapat saluran air yang dapat dilalui sampan sebagai transportasinya. (JL/Majalah SKETSA) Berikut adalah cuplikan video “Shanty-Megastructures” yang dibuat oleh Olalekan Jeyifous. |
SKETSA'S
|