SKETSA
  • Shop
    • How to
    • Products >
      • 1st - 10th Edition
      • 11th - 20th Edition
      • 21st - 30th Edition
      • 31st - 34th Edition
      • Sustainable A Way Of Living
      • Special Edition
    • Buy
  • Digital SKETSA
    • SKETSA's Perspective
    • SKETSA's News
    • SKETSA's Picks
  • Featured Events
    • ADW
    • HUT SKETSA
    • Others
  • 101 FACADE IDEAS
  • Contact
  • NEW
  • About
    • Behind the Desk
    • History
    • Vision & Mission
    • Philosophy

SKETSA'S PERSPECTIVE

“Garbage Reclamation” as New Land ?

24/2/2015

Comments

 
Isu lingkungan memang sedang digalang di mana-mana. Mengingat kondisi lingkungan yang semakin parah akibat global warming serta efek samping yang ditimbulkan seperti naiknya air laut akibat mencairnya es kutub. Banyak negara yang mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan reklamasi. Reklamasi dilakukan dengan mengangkut batu, tanah, serta pasir dari pulau-pulau tak berpenghuni atau dari daratan. Namun pengangkutan seperti ini bila terus menerus dapat menenggelamkan suatu pulau. Bila kita memperhatikan dengan seksama kondisi lingkungan yang penuh dengan sampah, adakah pemikiran menggunakan sampah/garbage sebagai material reklamasi?

Produksi sampah di kota-kota besar semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu kota. Akibatnya pencemaran sampah tidak dapat dihindari, apalagi diperburuk oleh minimnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Berbagai usaha untuk mendaur ulang sampah menjadi pupuk kompos, kerajinan tangan, dsb masih tidak bisa menandingi produksi sampah yang kian menggunung.
Picture
Gunung sampah yang menumpuk di sungai/kali yang ada di Jakarta
(sumber: http://foto.inilah.com/read/detail/71784/tumpukan-sampah-pasca-banjir)

Akibatnya sampah yang semakin menumpuk mulai “menggusur” permukiman masyarakat, khususnya masyarakat pinggiran. Masyarakat pinggiran harus bersahabat dengan lingkungan yang penuh sampah. Mau tidak mau, ya harus mau.  Seiring waktu, rumah masyarakat didirikan di atas tumpukan sampah. Sampah yang menjadi pinjakan untuk tinggal oleh masyarakat sekitarnya dapat dikatakan sebagai “New Land”.
Picture
Wajah permukiman kumuh di TPA Bantar Gebang
(Sumber: http://www.kompasberita.com/2013/02/puluhan-tahun-pemukiman-warga-tpa-tetap-kumuh/)

Selain permasalahan sampah yang nyata ada di daratan, pencemaran sampah yang terjadi di perairan pun bisa kita lihat terjadi dimana-mana baik di sungai maupun di laut. Pencemaran sampah yang semakin banyak dan menumpuk bisa dikatakan menjadi “daratan” tersendiri. Contohnya pendangkalan sungai yang terjadi di Sungai Ciliwung, Jakarta. Awalnya kedalaman sungai mencapai 8 meter namun dalam 20 tahun terakhir kedalam sungai hanya mencapai 3-5 meter saja akibat menumpuknya sampah. Ditambah lagi dengan tumpukan sampah yang menggenang di atas air sungai.
Kampung nelayan di Muara Angke menjadi contoh nyata. Awalnya masyarakat tinggal di rumah panggung yang berada di atas air dengan kedalaman ± 2 meter. Seiring dengan perkembangan waktu penduduk kampung nelayan sendiri yang mereklamasi area tempat tinggal mereka sedikit demi sedikit menggunakan tanah, pasir, batu, serta “garbage” yang ada dan telah diolah. Memang memakan waktu yang cukup lama namun sampai sekarang hasil reklamasi yang dilakukan masyarakat tersebut dapat dikatakan berhasil.
Picture
Garbage Reclamation di Kampung Nelayan, Jakarta Utara
(Sumber: http://selokartojaya.blogspot.com/2010_11_21_archive.html)

Apabila sampah/garbage yang ada diolah dengan seksama, sampah berpotensi untuk mengatasi permasalahan yang ada terutama di kota Jakarta. Contohnya sekarang ini bisa dibilang banyak peniggian lahan untuk mencegah masuknya air/banjir ke dalam bangunan, dan yang sampai saat ini digunakan berupa pasir dan tanah yang di ambil dari sungai. Apabila material yang digunakan untuk meningkatkan lahan berupa hasil olahan “garbage” selain bisa mereduksi jumlah sampah di Jakarta dengan cukup besar, mempercepat daur ulang sampah, serta mengurangi pengerukan tanah di gunung atau sungai. (NIW)
Comments

Banjir!! Apa yang harus kita lakukan?

18/2/2015

Comments

 
Picture
Banjir melumpuhkan Bunderan Hotel Indonesia
(Sumber: http://kabarbogor.net/blog/kabar-bogor-atasi-banjir-jakarta-ahok-kucurkan-125-m-untuk-pemkab-bogor/)

Kata “Banjir” memang sudah tidak asing lagi di_telinga masyarakat Jakarta. Ya kita sering membuat banjir sebagai musuh, bencana dan musibah. Musibah 4 tahunan ini selalu terjadi dan sampai sekarang belum bisa diatasi pemerintah. Warga Jakarta terus meneriaki pemerintah untuk berbuat sesuatu. Setiap terjadi banjir, warga mengalami kehilangan baik dari segi ekonomi, kesehatan dan lainnya. Kehilangan tersebut tidak sedikit pasalnya banjir tersebut bukan hanya melanda sebagian daerah tetapi hampir seluruh Jakarta. Jalanan dan rumah warga menjadi korban, mereka tidak bisa beraktifitas dan beberapa tempat sumber listriknya dipadamkan. Jakarta menjadi lautan air. Lalu apakah musibah tersebut bisa diatasi? Apakah faktor-faktor yang mendukung hal tersebut? Satu kata “Drainase” yang perlu dipertimbangkan. Apakah sistem drainase di ibu kota ini sudah mencukupi untuk  segala aktifitas air yang terjadi di Jakarta? Jawabannya Tidak!
Sistem Drainase di Jakarta
“Jakarta telah gagal mengatasi sistem drainase secara menyeluruh. Drainase tidak memadai, sungai-sungai menyempit dan tidak dikeruk, daerah resapan air hilang, dan masyarakat buang sampah sembarangan. Tidak dapat dipungkiri lagi sistem drainase yang buruk ini menyebabkan banjir. Bukan hanya kerja pemerintah saja tetapi juga diperlukan kesadaran warga sendiri. “
               Banjir disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu, faktor pertumbuhan penduduk di kota Jakarta yang sangat cepat baik  dari segi angka kelahiran yang pesat dan migrasi khususnya urbanisasi, Jakarta diharuskan untuk membenahi sistem drainasenya. Peningkatan penduduk di Jakarta mencapai angka 300.000 sampai 1.000.000 ribu per tahun. Selain itu  penurunan muka tanah Jakarta yang berkisar dari 3 sampai 5 meter per tahun akibat penggunaan tanah yang berlebih menyebabkan permukaan dataran Jakarta  mendekati permukaan air disekitar sehingga akan mudah untuk air masuk ke dataran, drainase harus bekerja ekstra. Debit air juga terus meningkat, curah hujan makin besar.
Picture
Jumlah penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan secara signifikan
(Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2011/04/05/057325277/Penduduk-DKI-Jakarta-Capai-959-Juta-Jiwa)

               Ketiga faktor tersebut harus seharusnya mendorong pemerintah DKI Jakarta untuk menambah atau memerbaharui memperbaiki sistem drainase. Tetapi malahan 80% sistem drainase di DKI Jakarta rusak dan sisanya tidak berfungsi optimal. di DKI Jakarta sistem tersebut bermasalah,karena sebagian tidak berfungsi optimal, 80 persen dari drainase yang ada telah rusak, sungai belum dikeruk, Selain itu, sungai-sungai di Jakarta banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan. Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase adalah lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase dan pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering juga dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang akurat, arsip/dokumen tidak ada, atau perencanaan dan pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang.

                Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, punya penilaian tersendiri terhadap kondisi drainase ini. Menurutnya, drainase yang ada sudah tidak sesuai dengan curah hujan. Itu ditambah lagi dengan keadaan alam yang mulai parah sehingga membuat tanah tidak dapat menyerap air yang berlebihan. Drainase tidak cukup menampung kapasitas air yang ada. Kondisi ini diperparah dengan banyak bangunan rumah dan gedung yang juga tidak memiliki drainase.
Picture
Kondisi drainase yang rusak di daerah Jalan Simatupang, Januari lalu
(Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/01/16/083545502/Drainase-Buruk-Perparah-Banjir-di-Jakarta-Selatan)

Penyelesaian
               Penyelesaian dimulai dari Pemerintah yang harus menambah sebanyak-banyaknya sumur resapan dari hulu hingga hilir juga tidak boleh dilewatkan. Hal ini berguna untuk mengurangi aliran air yang banyak masuk ke Jakarta, juga pembuatan segera sejumlah pompa air khususnya di Jakarta Utara. Dengan kecepatan membangun drainase tak seimbang dengan percepatan pembangunan perumahan. dalam kondisi seperti ini, Pemda DKI harus menghentikan untuk memberikan izin bagi pembangunan mal/gedung bertingkat di daerah yang menjadi kawasan serapan air.

               Sebuah rencana pembangunan deep tunnel di Jakarta yang mempunyai 5 fungsi dirasa bisa menjadi solusi dari banjir Jakarta. Deep tunnel bisa berfungsi sebagai  pengendali banjir, jalan tol, sistem utilitas kota, pembuangan limbah kota, bahkan menjadi  terowongan air bawah tanah.
Picture
Rencana Jakarta deep tunnel yang masih menjadi pro dan kontra
(Sumber: http://metro.kompasiana.com/2012/12/28/rencana-deep-tunnel-jakarta-apakah-memang-solusi-yang-terbaik-untuk-meredam-banjir-jakarta-514505.html)

               Penanaman  pohon juga sangat berguna untuk  menyerap air yang berlebih dan Normalisasi sungai sudah sangat pasti harus dilakukan, dan ini hanya bergantung pada waktu , biaya , dan konsentrasi pemerintah. Dilain pihak warga jangan membuang sampah sembarangan karena sampah yang menumpuk tersebut bisa menghalangi aliran air pada drainase dan menyebabkan mampet.  Inilah mengapa banyak sungai yang meluap. Jika hal tersebut bisa dilakukan warga maka bak pengontrol / saringan sampah tidak perlu ada lagi sehingga aka nada penghematan biaya pada pemerintahan untuk melakukan terobosan lain. (JN)

Comments
<<Previous
    Picture

    SKETSA'S
    ​PERSPECTIVE

    Melihat dengan Arsitektur


    Wadah yang menampung tulisan-tulisan dari segi arsitektural: arsitek, karya arsitektural, perkotaan, seni, proposal karya dan desain, kompetisi, kajian dan konsep, dll.

    Archives

    October 2020
    September 2020
    June 2020
    February 2020
    January 2020
    October 2019
    December 2018
    September 2018
    August 2018
    April 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    March 2017
    February 2017
    January 2017
    December 2016
    November 2016
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    May 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015
    March 2015
    February 2015
    December 2014
    November 2014

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • Shop
    • How to
    • Products >
      • 1st - 10th Edition
      • 11th - 20th Edition
      • 21st - 30th Edition
      • 31st - 34th Edition
      • Sustainable A Way Of Living
      • Special Edition
    • Buy
  • Digital SKETSA
    • SKETSA's Perspective
    • SKETSA's News
    • SKETSA's Picks
  • Featured Events
    • ADW
    • HUT SKETSA
    • Others
  • 101 FACADE IDEAS
  • Contact
  • NEW
  • About
    • Behind the Desk
    • History
    • Vision & Mission
    • Philosophy