SKETSA
  • Shop
    • How to
    • Products >
      • 1st - 10th Edition
      • 11th - 20th Edition
      • 21st - 30th Edition
      • 31st - 34th Edition
      • Sustainable A Way Of Living
      • Special Edition
    • Buy
  • Digital SKETSA
    • SKETSA's Perspective
    • SKETSA's News
    • SKETSA's Picks
  • Featured Events
    • ADW
    • HUT SKETSA
    • Others
  • 101 FACADE IDEAS
  • Contact
  • NEW
  • About
    • Behind the Desk
    • History
    • Vision & Mission
    • Philosophy

SKETSA's News

Public Expose 8.21: “Contextual Architecture”

29/7/2016

Comments

 
Pada tanggal 25-29 Juli 2016, Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara mempersembahkan PUBLIC EXPOSE 8.21 dengan tema “Contextual Architecture” bertempat di lantai dasar Gedung Utama, Kampus 1, Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Pada acara ini dipamerkan karya-karya terbaik dari mahasiswa arsitektur tingkat akhir Universitas Tarumanagara. Karya-karya ini direview oleh Jusuf Setiadi, Ardi Jahya, dan Surjono Kunianto (PT Airmas Asri) pada 26 Juli 2016.

Empat karya terbaik hasil review Public Expose 8.21 pada tanggal 26 Juli yang lalu yaitu Caroline (315120126) sebagai pemenang pertama, Aurelia (315120075) sebagai pemenang kedua, serta Carsent (315120129) dan Clara (315120134) sebagai pemenang ketiga. Berikut akan dibahas karya-karya para pemenang review Public Expose 8.21.

Museum Alat Musik Tradisional Indonesia
oleh Caroline (315120126)
Picture
Perspektif Eksterior Museum Alat Musik Tradisional Indonesia
Sumber: Dokumen pribadi
​

Museum alat musik tradisional Indonesia merupakan wadah edukasi bagi masyarakat Indonesia maupun turis asing dalam bidang seni musik yang memperkenalkan alat musik tradisional Indonesia yang memiliki keunikan dan ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia.

Museum ini memiliki luas tapak sekitar 4.5 ha dan luas bangunan 15.234m2. Program yang dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan yang membutuhkan area pendidikan bagi anak-anak yang disajikan dengan area rekreasi yang dapat mendidik anak-anak dalam bidang seni musik tradisional Indonesia.

Perancangan museum ini difokuskan kepada sirkulasi yang disajikan untuk pengunjung, dimana pameran yang disajikan memperkenalkan seluruh alat musik tradisional indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan menggunakan teknologi-teknologi yang membuat interaksi antara manusia dengan alat musik tradisional Indonesia, baik fisik alat musik, cara memainkannya, dan bunyi dari alat musik ini.
 
Astronomy Edutainment in Scientia Square
oleh Aurelia (315120075)
Picture
Astronomy Edutainment pada Malam Hari
Sumber: Dokumen Pribadi
​

Picture
Perspektif Eksterior Astronomy Edutainment
Sumber: Dokumen pribadi
​

Picture
Perspektif Interior Astronomy Gallery
Sumber: Dokumen pribadi
​

Sekitar 13% wilayah Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia negara yang sangat berpotensi maju dalam bidang antariksa. Akan tetapi, bila diamati, astronomi dan penguasaan teknologi antariksa di Indonesia kurang diminati masyarakatnya.

Keberadaan planetarium di Indonesia pun jauh dari kata layak jika diukur dari tingkat perkembangan teknologi dan tepatnya sasaran pengunjung.

Dengan mengedepankan pengunjung primer yaitu anak-anak middle-childhood, proyek ini didesain child-friendly dengan berbagai stimulus sehingga anak-anak semakin antusias untuk belajar hal yang sebenarnya sulit.

Pendekatan yang dilakukan dengan memangaatkan tektonik dan teknologi yang dikembangkan dan dipilih dengan cermat. Karakteristik yang ditonjolkan adalah cara pandang tipologi yang baru. Pengenalan berbagai simulasi high-technology dan penerapan ilusi-ilusi baik secara optikal maupun pengalaman ruang.

Dengan mengkaji kembali cara pandang tipologi yang baru, kita dapat menemukan hal-hal baru yang ternyata kita alami sehari-hari tetapi tidak kita sadari. Misalnya, benarkah planetarium harus dome? Apakah benar cara duduk kita adalah cara duduk terbaik? Lalu mengapa kita kerap kali kita malas duduk dengan cara yang kita anggap terbaik? Jadi, yang terbaik benarkah yang terbaik?

Galeri Musik Indie
oleh Carsent (315120129)
Picture
Perspektif Eksterior Galeri Musik Indie
Sumber: Dokumen pribadi
​

Picture
Plaza Galeri Musik Indie
Sumber: Dokumen pribadi
​

Picture
Tangga Duduk Galeri Musik Indie
Sumber: Dokumen Pribadi
​

Ironis, adalah kata yang tepat untuk menjelaskan perkembangan industri musik Indonesia saat ini. Karena unsur kapitalisme dari major label, industri musik Indonesia hanya menjadi bahan dagangan yang secara nilai seni sangat rendah, bahkan musisinya saja menjadi sapi perah bagi para major label.

Musik indie adalah salah satu alternatif untuk keadaan industri musik Indonesia sekarang, musik indie adalah musik dimana dalam pengadaan, aransmen, hingga publikasi dilakukan independent atau mandiri.

Tetapi untuk hal itu, musik indie mendapat tekanan dari pasar ataupun kaum komersial, perlunya suatu wadah yang menjadi cerminan, kritikan, yang sekaligus menjadi tempat bereksplorasi, berkreasi, dan melakukan sounding buat mereka dan secara eksplisit juga menjadi pusat aktivitas baru di daerah sekitarnya.

Ruang (Tanpa) Batas di Kota Tua Jakarta
oleh Clara (315120134)
Picture
Ruang (Tanpa) Batas
Sumber: Dokumen pribadi
​

Kota tua merupakan setitik celah di tengah kepadatan kota Jakarta. Celah ini kemudian diisi oleh interaksi social yang memberikan kehidupan bagi kota. Sebuah public space dimana setiap orang dapat  mengekspresikan dirinya secara bebas.

Dengan latar belakang sejarah yang sangat kuat, Kota Tua mulai dipandang sebagai sesuatu yang  istimewa. Berbagai peraturan ditetapkan untuk menjadikan kawasan ini tetap asli, seperti pada zamannya. Sayangnya, hal ini justru menjadikan kota tua terkesan dibentengi dari manusia dan  lingkungan sekitarnya.

Kota tua seringkali dianggap sebagai sebuah batas antara yang lama dan yang baru. Kebebasan yang seharusnya ada dalam sebuah public space tidak terlihat disini, baik dalam interaksi antar manusia maupun interaksi dengan  lingkungannya. 

Karena batas menjadi sebuah konteks yang tidak dapat lepas dari kota ini, maka border.less space, akan mengembalikan arti  perbatasan yang seharusnya. Dimana batas akan dilihat sebagai sebuah koneksi antara ruang-ruang yang hilang. Menciptakan rasa keingintahuan bagi pengunjungnya untuk menjelajahi setiap titik perbatasan dalam kota.
Comments
comments powered by Disqus
    Picture

    SKETSA'S NEWS

    Merekam Arsitektur


    Wadah yang menampung liputan kegiatan-kegiatan arsitektural (seminar, pameran, workshop), wawancara, jalan-jalan, dll.

    Archives

    February 2020
    January 2020
    November 2019
    September 2019
    August 2019
    July 2019
    March 2019
    October 2018
    September 2018
    June 2018
    May 2018
    February 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    August 2017
    July 2017
    May 2017
    March 2017
    December 2016
    August 2016
    July 2016
    June 2016
    April 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    August 2015
    July 2015
    February 2015

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • Shop
    • How to
    • Products >
      • 1st - 10th Edition
      • 11th - 20th Edition
      • 21st - 30th Edition
      • 31st - 34th Edition
      • Sustainable A Way Of Living
      • Special Edition
    • Buy
  • Digital SKETSA
    • SKETSA's Perspective
    • SKETSA's News
    • SKETSA's Picks
  • Featured Events
    • ADW
    • HUT SKETSA
    • Others
  • 101 FACADE IDEAS
  • Contact
  • NEW
  • About
    • Behind the Desk
    • History
    • Vision & Mission
    • Philosophy